A. PENGERTIAN BELAJAR
Belajar adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan secara sadar
supaya mengatahui atau dapat melakukan sesuatu. Hasil kegiatan belajar adalah
perubahan diri, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat
melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu, dari tidak mampu melakukan
sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu.
Seorang anak kecil, yang semula belum dapat berkata-kata, lalu
dapat berkata. Anak kecil lainnya mula-mula belum dapat naik sepeda roda dua,
lalu dapat mengendarainya. Mula-mula seseorang belum dapat berenang, lalu dapat
berenang. Perubahan tingkah laku dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi
dapat melakukan sesuatu merupakan hasil belajar. Perubahan tersebut timbul
karena adanya pengalaman dan latihan. Seperti diketahui bahwa untuk dapat
berkata-kata, berjalan, mengendarai sepeda, dan berenang, harus melakukan
latihan. Semakin banyak latihan yang dilakukan secara teratur, akan semakin
baik pula hasil balajarnya. Perubahan tingkah laku misalnya disebabkan oleh
minuman keras, ganja atau karena hipnotis, tidak dapat digolongkan kedalam
hasil belajar. Perubahan tingkah laku semacam ini tidak dapat dianggap sebagai
hasil belajar karena diperoleh tidak melalui suatu latihan, dan di luar kendali
akal sehat.
Belajar pada tingkat yang sederhana sering diartikan pula
sebagai meniru/duplikasi. Hampir semua aktifitas manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dilakukan dengan cara menirukan orang-orang disekitarnya.
Dalam tradisi masyarakat jawa yang berasal dari pitutur/petuah lama mengajarkan
prinsip “ Tiga N “. Tiga N itu maksudnya adalah
“NIROKKE” yakni menirukan, “NITENI” artinya mencermati dan “NAMBAHI”
maksudnya menambah. Proses belajar melalui tiga tahapan : Menirukan, Mencermati
dan Menambah tersebut dapat kita petik sebagai acuan dalam mencapai
keberhasilan prestasi belajar secara akademik, misalnya dalam mencapai nilai
mata pelajaran (skor yang tinggi), keterampilan (Skil yang memadahi) maupun
dalam kepribadian (Budi Pekerti yang luhur).
B. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Perlu
disadari bahwa belajar merupakan tugas utama seorang siswa. Oleh karena itu,
harus diusahakan agar siswa dapat mengetahui prinsip-prinsip belajar.
Prinsip-prinsip belajar tersebut adalah sebagai berikut .
1. Belajar memerlukan dorongan atau motivasi.
Dorongan ini ada yang datang dari luar dan dari dalam diri siswa sendiri.
Dorongan dari luar misalnya peringkat nilai setiap kelas, peringkat sekolah,
dan pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasi. Semua ini dapat menjadi
pendorong bagi siswa atau pihak lainnya. Dorongan ini dapat juga datang
daridalam diri yang bersangkutan karena ingin mencapai cita-cita tertentu.
Motivasi yang lebih penting adalah motivasi
yang datang dari dalam diri sediri. Misalnya siswa menyadari bahwa pelajaran
apapun yang diterima akan berguna bagi kehidupan kita kelak. Sebenarnya
dorongan dari dalam diri sendiri ini juga dapat disebabkan oleh keinginan
memperoleh pujian, ingin melebihi teman, takut mendapat malu dan sebagainya.
2. Belajar yang baik harus dapat memusatkan
perhatian terhadap bahan yang sedang dipelajari. Hal-hal yang dapat mengganggu
pemusatan perhatian atau pikiran kita, misalnya perasaan sedih, marah, benci,
iri hati dan hal lainnya hendaklah dijauhi.
3. Hal-hal yang mudah dimengerti lebih capat
dihafalkan, sedangkan hal-hal yang sukar dimengerti lebih sukar dihafalkan.
Oleh karena itu, perlu diusahakan memahami lebih dahulu hal-hal yang dipelajari
sebelum dihafalkan. Untuk mengerti suatu pelajaran, dapat ditempuh cara-cara :
a. Menanyakan hal yang dipelajari kepada
diri sendiri;
b. Membuat ringkasan atau skema supaya
mudah difahami;
c. Mencoba menghubungkan hal-hal yang
dipelajari dengan hal-hal yang lebih
besar atau secara keseluruhan. Arti suatu kata akan lebih jelas apabila
terkait dalam sebuah kalimat;
d. Mencoba menelaah hal-hal yang dipelajari
dari bermacam-macam segi agar menjadi semakin jelas;
e. Mencoba menyusun singkatan (jembatan ingatan
atau titian ingatan) untuk hal-hal yang panjang rumusannya. Misalnya nama-nama
planet keluarga matahari disingkat menjadi “
Mercvem yang sangat ulung nan pandai “, yang merupakan singkatan dari :
Merc (mercurius)
v (venus)
e (earth/bumi)
m (mars)
yang (yupiter)
sangat (saturnus)
ulung (Uranus)
nan (neptunus)
pandai (Pluto)
f. Menanyakan hal-hal yang sangat sulit kepada
teman atau orang lain;
g. Memantapkan hal-hal yang dipelajari di
sekolah, jangan merasa puas jika hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Di
rumah perlu dibaca kembali dan dicoba dilengkapi ringkasan atau skema yang
dibuat di sekolah.
4. Untuk menyegarkan dan memantapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh, sebaiknya hal-hal yang telah dipelajari sering
dibaca meskipun secara garis besar.
5. Mencoba meyakini bahwa semua pelajaran di
sekolah nantinya akan berguna, biarpun sudah tidak sekolah lagi. Keyakinan ini
sangat membantu dalam mengingat pelajaran yang telah diterima.
6. Agar hal-hal yang dipelajari dapat lebih
meresap, perlu beristirahat setelah belajar. Istirahat ini dimaksudkan untuk
memberi kesempatan kepada otak untuk mengedapkan hal-hal yang sudah diperoleh
melalui belajar.
7. Hasil belajar yang diperoleh dari suatu
mata pelajaran dapat dimanfaatkan untuk mempelajari hal-hal lain. Misalnya
dalam mempelajari bahasa asing, pola yang sudah diketahui dari bahasa Indonesia
dapat dimanfaatkan untuk memahami pola bahasa asing tersebut. Pengetahuan yang
telah dimiliki dapat digunakan untuk mempelajari hal-hal yang lain, atau
ditularkan kepada teman orang lain dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh
dapat ditransfer. Hasil belajar yang diperoleh, sedaiknya dicoba untuk
diutarakan kembali, baik dengan cara menbuat ringkasan, skema, gambar, maupun
dengan menceritakan kembali atau mengadakan Tanya jawab dengan teman. Dengan
demikian, semakin mantap pengetahuan yang sudah didapatkan. Inilah yang disebut
belajar dengan ekspresi. Perasaan gembira dan puas akan memperlancar ekspresi.
8. Hal-hal yang dapat menghambat belajar perlu
dihindarkan. Hambatan-hambatan ini antara lain perasaan takut, benci, malu,
marah, kesal, dan kebiasaan menunda-nunda waktu belajar.
9. Belajar selalu berkaitan dengan cita-cita
yang hendak kita perjuangkan untuk dicapai. Belajar merupakan sarana untuk
mencapai tujuan atau cita-cita. Menetapkan tujuan/cita-cita sangat penting
karena akan menentukan arah dan alasan dalam melakukan kegiatan belajar.
Seorang pelajar yang tidak pernah belajar secara rutin dan terencana harus
berpikir ulang dan dipertanyakan padanya untuk tujuan/cita-cita apa mereka
sekolah.
10.
Cita-cita
perlu ditetapkan (apa ?), dinyatakan (bagaimana ?) dan dituliskan (nyata secara
visual/dapat dilihat). Cita-cita jangka pendek atau panjang perlu
divisualisaikan, di tempelkan pada tempat yang paling sering kita lihat.
Mungkin di kamar belajar, kamar tidur, dll.
Karena manusia dalam beraktifitas/bekerja
menggunakan sekitar 40 % otak sadarnya, sedangkan otak bawah sadar (sekitar
60%) kurang dimanfaatkan. Dengan memvisualkan setiap cita-cita/tujuan yang
hendak dicapai, kita memanfaatkan otak bawah sadar. Memanfaatkan kemampuan otak
dalam bekerja secara optimal akan semakin mendorong kita berhasil dalam
mewujudkan setiap tujuan/cita-cita. Cobalah dan buktikan sendiri !
No comments:
Post a Comment